Kesenian garut merupakan cagar budaya yang ada di Kabupaten Garut. Jika tidak dirawat dengan baik, mungkin akan hilang di kemudian hari.
Located at Kampung Pulo, kebun daerah tersebut menghadapi beberapa warisan budaya takbenda yang beragam. Pusat budaya berfungsi untuk mewadahi warisan takbenda dan memfasilitasi masyarakat.
Kesenian garut adalah kulturasi yang terbesar dari provinsi Jawa Barat.
Rengkkong
Rengkong adalah Kesenian tradisional dari masyarakat Cianjur, Jawa Barat. Ini adalah permainan di mana peserta mencoba menangkap dan memegang nasi di tangan mereka. Pemain yang dapat melakukan yang terbaiklah yang menang. Permainan ini dimainkan pada acara-acara khusus seperti pernikahan atau ulang tahun.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis struktur dan nilai etnopedagogi Rengkong. Metodologi yang digunakan adalah metode deskriptif analitis dan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur Rengkong terbagi menjadi tiga bagian: awi gombong, objek tambang dan objek yang tinggi.
Rengkong merupakan kesenian tradisional masyarakat Sunda yang terkenal dengan gaya hidup agraris. Asalnya dari tanah Parahyangan yang dikenal sebagai tempat tumbuhnya varietas padi unggul. Budaya agraris ini telah melahirkan banyak kesenian tradisional termasuk rengkong. Kesenian rengkong ini dapat ditemukan di beberapa daerah seperti Cianjur, Sukabumi, dan Sumedang.
Raja Dogar
Raja Dogar terbentuk oleh batik Garutan yang membawa di seluruhnya. Tembakan ini berbeda dengan sebagian besar motif yang disertunya oleh masyarakat Garutan, diantaranya bulu hayam, lereng calung, kumuk ngibing, cupat manggu, atau batu ngampar.
Kesenian tersebut juga menawarkan kesenian ekstrem menambah flora dan fauna di kota Garutan yang akan membawa orang-orang terpilih dari jaman dan seni. Kesenian ini juga adalah salah satu proyek KaTa Kreatif, yang berisi workshop dan pendampingan yang dirancang untuk mempunyai potensi ekonomi lokal kabupaten/kota Garutan.
Lais adalah kesenian tradisional asli Kabupaten Garut, yang dikenal oleh pemuda lokal tetap tanpa perubahan ketika tahun 1920-1929, dimana berarti bahwa kesenian ini menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom). Itu juga membawa sebuah komunitas-komunitas untuk memelihara jalan-jalan, jembatan-jembatan, poliklinik dan pesantren-pesantren. Sesenian ini juga tersedia dalam sebuah kumpulan perangkasa, yang dikenal oleh hakim-hakim Kabupaten Garut tahun 1929-1942. Itu membawa anggota-hakim yang memimpin kapsul tetap dan kekerasan yang lebih rendah dalam masyarakat.
Boboyongan
Boboyongan merupakan kesenian tradisional bernafaskan Islam. It berfungsi sebagai sarana penyambutan anak-anak dan keluarga dari daerah Cinunuk. Di zaman ini, this tradisional art was used as protection against the robbers and other evil things in the community.
Kesenian tradisional Garut ini terbuat dari rangka bambu yang dilapisi topeng dan kostum. Ia juga menampilkan ukiran kepala dan wajah. Kesenian tradisional ini sering terlihat pada festival dan upacara di Garut.
Kesenian tradisional Garut Boboyongan ini biasanya terdapat di Desa Cinunuk Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut. Kabarnya pertama kali diukir oleh Raden Wangsa Mochamad, seorang misionaris Islam Indonesia dari Banten. Kesenian tradisional ini juga dikenal dengan sebutan “pangeran papak”. Ini merupakan simbol perlindungan bagi keluarga terhadap hal-hal buruk yang mungkin menimpa mereka dalam hidup. Kesenian tradisional Garut juga dapat digunakan untuk merayakan ulang tahun, pernikahan, atau acara khusus lainnya. Ini juga merupakan cara yang baik untuk menghilangkan stres dan kecemasan.
Suara
Lais (diucapkan lays) adalah puisi naratif pendek dalam bait bersuku delapan yang menceritakan kisah romansa dan petualangan. Mereka ditulis di Perancis dan Jerman pada abad ke-13 dan ke-14. Kata “lai” merupakan terjemahan dari istilah Perancis lay lyrique (“lirik lay”).
Koleksinya mencakup legenda Arthurian yang terkenal tentang Lanval, tetapi juga membahas tema-tema yang berkaitan dengan cinta sopan dan romansa kesatria. Tema-tema ini menjadikan Marie de France salah satu penulis sastra abad pertengahan paling berpengaruh.
Lais abad kedua belas yang masih ada memiliki banyak elemen yang sama dengan roman abad pertengahan lainnya, seperti fokus pada budaya istana dan turnamen. Namun, mereka juga memiliki ciri unik yang dapat membantu kita memahami gagasan awal tentang identitas dan individualitas. Lais juga merupakan sumber informasi berharga tentang periode abad pertengahan serta struktur politik, ekonomi, dan sosialnya. Mereka menunjukkan betapa feodalisme sudah mendarah daging dalam kehidupan abad pertengahan, terutama di kalangan kelas atas.